Perjalanan Pena batch 2 menyusuri Taman Hutan Raya (TAHURA) Dago Kota Bandung

Ahad (24/08/2025) pagi, udara sejuk dengan sentuhan hangat matahari menyapa dari celah-celah pepohonan Taman Hutan Raya (TAHURA) Ir. H. Djuanda, Dago, Kota Bandung. Di pintu masuk pos 1, satu per satu peserta Perjalanan Pena batch 2 mulai berdatangan. Mereka bukan sekadar pelancong, melainkan juga para pencinta kata yang hendak menapak jejak sejarah dan menuliskannya kembali dalam bentuk refleksi literasi. 

Kegiatan ini digagas oleh Forum Lingkar Pena (FLP) Bandung berkolaborasi dengan Geowana Indonesia, Temu Sejarah, Readathon Indonesia, Salman Reading Corner, dan VERITAS Salman. Sebanyak 31 orang tergabung dalam rombongan, termasuk satu pemandu utama, Gan Gan Jatnika atau yang akrab disapa Kang Gan Gan. Beliau dikenal sebagai penulis dan pemandu geowisata dari komunitas Geowana Indonesia.

Dari Patung Djuanda ke Curug Omas

Peserta dan panitia berfoto bersama di depan patung Ir. H. Djuanda

Setelah dibuka oleh MC Aurora K. Azzahra (VERITAS Salman) dan Sukmawati (FLP Bandung), peserta diajak berdoa bersama dan melakukan pemanasan ringan. Pada pukul 08.00, perjalanan pun dimulai dari monumen Ir. H. Djuanda, tokoh yang menjadi cikal bakal penamaan taman hutan raya pertama di Indonesia ini.

Langkah demi langkah menyusuri jalan setapak TAHURA Ir. H. Djuanda, peserta diajak mengenali toponimi di Bandung melalui tumbuhan dan lanskap alam yang dilewati. Di pos pertama, mereka berhenti sejenak di patung Ir. Djuanda. Pos kedua, Goa Belanda, yang menjadi titik refleksi sejarah kolonial dan fungsi strategis kawasan ini di masa lalu. Pada kesempatan itu, Kang Gan Gan pun sempat menjelaskan ihwal jejak literasi dari Samurai Jepang yang mengukir wajah harimau di salah satu sudut Goa Jepang. 

Ukiran wajah harimau dari Samurai Jepang di Goa Jepang
(Dok. Gan Gan Jatnika)

Sebelum mencapai pos terakhir, rombongan  singgah di Warung Bu Kokom. Di sana, kudapan lokal seperti ketan goreng, bala-bala, dan teh hangat menjadi pengisi energi. 

Pos terakhir adalah Curug Omas. Peserta tiba di sana tepat saat azan Zuhur berkumandang dan langsung melepas penat. Ada yang selonjor kaki di atas rerumputan, ada yang berfoto dengan latar Curug Omas, ada pula yang menyendiri sembari menikmati pemandangan sekitar. Di titik ini, panitia kembali mengingatkan peserta untuk mengisi lembar refleksi digital berisi pertanyaan tentang makna perjalanan. Kata demi kata ditulis, menjadi sejarah kecil yang kelak akan dikenang kembali.

Menulis Kemerdekaan Lewat Langkah

Peserta foto bersama di Curug Omas

Tema Perjalanan Pena batch 2 adalah "Menemukan makna kemerdekaan melalui langkah, kata, dan kebersamaan". Tema ini diusung oleh panitia karena bertepatan dengan bulan kemerdekaan Indonesia. Bahwa kemerdekaan bukan hanya soal negara, tetapi juga tentang keberanian menulis, berbagi, dan tumbuh bersama. 

Nay, salah satu peserta, mengungkapkan kesannya, "Ternyata banyak banget sejarah menarik atau hal-hal menarik yang ada di TAHURA. Jadi, kita main ke sini tuh bukan hanya refreshing, bukan hanya olahraga, bukan hanya menghabiskan waktu bareng teman, tapi juga belajar hal baru."

Perjalanan Pena bukan sekadar kegiatan jalan-jalan. Ia adalah ruang belajar, ruang refleksi, dan ruang tumbuh. Di tengah desir angin dan rimbun hutan, para peserta menulis bukan hanya cerita, melainkan juga harapan dan keberanian. Sebuah langkah kecil menuju literasi yang membebaskan. []