Disampaikan dalam Kamisan edisi 20/02/14




Siapa tidak kenal Mira W?


Lebih dari 70 novelnya diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama. Sebagian telah diangkat ke layar lebar dan layar kaca. Be­liau juga berprofesi sebagai dokter yang mengajar di Universitas Dr. Moestopo, Ja­kar­ta, dan membuka praktik di rumah. Ba­gi­nya, me­nu­lis adalah kegemaran sedang menjadi dok­ter adalah panggilan jiwa.

Popularitas Merpati Tak Pernah Ingkar Janji

>> Pertama kali diterbitkan tahun 1984 dan telah dicetak ulang ber­ka­li-kali.

1984


1999


2009

>> Film Merpati Tak Pernah Ingkar Janji (1986) dengan pemain Paramitha Ru­sa­dy dan Adi Bing Slamet.

Sampul soundtrack film Merpati Tak Pernah Ingkar Janji

>> FTV Merpati Tak Pernah Ingkar Janji di­tayangkan seiring dengan momen Natal pa­da 26 Desember 2013 di RCTI de­ngan pe­main Mikha Tambayong dan Mor­gan Oey. Bisa ditonton di You­tube.

Sinopsis (spoiler!)

Sejak kecil Maria diarahkan ayahnya, Pak Han­do­yo, untuk menjadi biarawati dan dididik di ru­mah. Baru pada usianya yang menjelang 16 ta­hun, ia dibawa ke sekolah khusus putri yang di­asuh biarawati. Pada mulanya Maria yang po­los dan canggung sulit menyesuaikan diri de­ngan teman-teman sekelasnya yang no­ta­be­ne remaja gaul metropolitan. Mereka suka meng­usili Maria sampai guru pun turun ta­ngan. Lama-lama tumbuh simpati mereka pa­da Maria. Apalagi Maria tenyata berbakat da­lam bermain voli dan menjadi bintang la­pang­an dalam pertandingan melawan sekolah lain. Da­lam pertandingan tersebut, Maria bertemu de­ngan Guntur. Guntur pemuda kaya namun be­randal yang terkenal suka mempermainkan pe­rempuan. Pada mulanya Guntur mendekati Ma­ria hanya karena penasaran akan sifatnya yang unik. Namun lama-lama Guntur pun ber­sim­pati pada Maria apalagi karena gadis itu sa­ngat dikekang oleh ayahnya. Bersama te­man-teman sekelas Maria, Guntur ingin me­na­rik gadis itu ke dalam pergaulan mereka. Saat Ma­ria ulang tahun, teman-teman sekelasnya mem­beri hadiah berupa pakaian dalam dan bi­kini pada gadis itu. Mereka mengundang Ma­ria ke pesta, lalu Guntur yang meng­an­tar-jem­put dan berdansa dengan gadis itu. Bah­kan sewaktu Maria dirawat di rumah sakit dan ham­pir sembuh, Guntur bersekongkol de­ngan te­man-teman sekelas Maria untuk me­la­ri­kan ga­dis itu agar bisa dibawa jalan-jalan ke­li­ling ko­ta sejenak. Pak Handoyo rupanya tidak bi­sa me­nerima maksud baik teman-teman se­ke­las Ma­ria dan Guntur. Maria kembali di­pi­ngit dan di­larang bersekolah. Maria pun kabur dan ting­gal sementara di rumah temannya. Se­men­tara itu, Pak Handoyo menemukan foto Ma­ria saat sedang berdansa dengan Guntur di pes­ta. Ia marah lalu mencari Guntur karena me­nyangka pemuda itu yang melarikan pu­tri­nya. Di rumah Guntur, teman-teman pemuda itu juga sedang berkumpul. Keributan antara Pak Handoyo dan Guntur memancing salah se­o­­rang teman Guntur untuk menembakkan pis­tol yang dibawanya. Peluru mengenai Guntur dan akibatnya pemuda itu mengalami koma. Ma­ria yang kemudian mengetahui peristiwa itu kemudian berjanji kepada Tuhan. Apabila Gun­tur dapat diselamatkan, ia akan meng­ab­di­kan segenap hidupnya kepada-Nya. Be­be­ra­pa belas tahun kemudian, Maria telah men­jadi bi­arawati dan dipercaya untuk me­nge­lola se­bu­ah rumah sakit di daerah ter­pen­cil. Di da­e­rah itu pula Guntur yang telah men­ja­di in­si­nyur sedang bertugas.

Yang Menarik

Ø Tradisi Katolik

Tradisi Katolik menjadi pondasi utama ce­ri­ta ini. Pak Handoyo pada mulanya adalah se­orang pastor yang melanggar janji se­li­bat. Ia keluar dari biara bersama seorang bi­arawati. Mereka menikah. Namun is­tri­nya meninggal ketika melahirkan anak me­reka, Maria. Rasa bersalah men­do­rong­nya untuk menyerahkan putrinya ke­pada Tu­han. Saking ketat ia menjaga ke­su­cian Ma­ria, putrinya itu harus selalu ber­pa­kai­an tertutup dan tidak boleh ber­ga­ul de­ngan lelaki. Inilah yang menjadi akar kon­flik ketika kemudian Maria ber­ga­ul dengan re­maja-remaja metropolitan. Da­lam aga­ma yang kita anut pun ada prak­tik me­nu­tup aurat dan menjaga per­ga­ulan se­ma­cam itu, sehingga kita mung­kin berandai-an­dai apabila latar cerita ini di­sesuaikan de­ngan apa yang rasa-rasanya le­bih fa­mi­li­er bagi kita. Namun mengingat ba­gaimana no­vel ini diakhiri, kita mungkin me­nyadari ka­lau tradisi Katolik memiliki ke­khasan yang membangun cerita ini de­ngan se­de­mi­kian kuatnya dan tidak mung­kin di­gan­ti­kan oleh yang lain.

Ø Simbol

Penulis tidak sembarangan dalam me­nen­tu­kan nama tokoh (terutama tokoh uta­ma) dan judul.

o Maria

Maria yang dalam tradisi Nasrani di­ke­nal juga sebagai perawan suci, ibunda Ye­sus Kristus, sesuai dengan karakter Ma­ria dalam novel ini yang teguh men­jaga imannya. Ia rajin berdoa. Ke­ti­ka diberi bikini dan diajak ke kolam re­nang oleh teman-temannya, ia tidak ja­di memakainya karena takut akan do­sa menampakkan anggota tubuh yang harusnya tersembunyi.

o Guntur

Nama Guntur sesuai dengan karakter pe­muda berandal yang tingkahnya ti­dak terduga-duga. Ketika Maria diajak ke pesta oleh teman-temannya, pada mu­lanya gadis itu mengira akan di­jem­put oleh temannya yang perempuan na­mun ternyata malah Guntur yang da­tang. Guntur juga yang me­ren­ca­na­kan upaya “penculikan” Maria (untuk ke­mudian diajak jalan-jalan) pada saat ga­dis itu masih dirawat di rumah sakit.

o Merpati

Walau tidak ada adegan bersama mer­pa­ti dalam novel ini, namun hewan ter­sebut menjadi perlambang amanat yang hendak disampaikan oleh pe­nu­lis. Hewan ini dikenal memiliki ke­se­ti­a­an, tahu ke mana harus pulang, saling me­ngasihi, dan tidak menyimpan den­dam sebagaimana karakter Maria yang menjadi tokoh utama dalam no­vel ini.

Ø Sederhana tapi memikat

Pernah membaca novel Mira W juga? Ba­gai­mana kesan yang diperoleh? Apa ra­ha­si­anya sehingga novel Mira W begitu di­ge­ma­ri pembaca Indonesia selama hampir ti­ga dekade?