flpbandungok.blogspot.com—Cita-cita menjadi penulis tidak menjadi sesuatu yang terpikirkan saat ia masih kecil. Bapaknya bekerja di perkebunan teh, yang cukup jauh dari kota dan akses bacaan, membuatnya lebih akrab dengan televisi.

Ia baru menyukai sihir buku setelah membaca novel Harry Potter yang dibawa oleh kakaknya suatu hari. Ia terpikat. Rupanya ada dunia selain yang dia hadapi sehari-hari, yakni dunia cerita. Semenjak itu ia sadar akan peribahasa buku sebagai jendela dunia, jendela atas dunia yang tidak bisa ia lihat. 

Ia takjub pada dunia imajiner dalam buku. 

Pendidikan formalnya SMA, pernah bekerja sebagai karyawan pabrik, lalu membuka warung sendiri. Saat menjaga warung itulah ia coba-coba menulis karena waktu luang yang melimpah. 

Ia mencoba menulis di Facebook, mengikuti tren akan tulisan puitis. Lalu ia mengikuti komunitas lain yang mengasah kemampuan dan kecintaannya pada tulisan, yakni Komunitas Prosa Tujuh, Kawah Sastra Ciwidey, dan CSWC di Kota Bandung. 

Untuk menghadiri satu pertemuan CSWC di Bandung, ia harus menempuh jarak panjang dari rumahnya di Ciwidey. Dan pertemuan CSWC seringkali baru selesai di tengah malam, dan ia harus pulang saat jalanan sudah amat sepi. Tapi ia selalu mengusahakan datang. 

"Karena udah suka, sejauh dan semalam apa pun dikejar aja,” ujarnya. 

Di Prosa Tujuh, ia mendapatkan pelajaran berharga akan ketatnya dunia kepenulisan. Di komunitas ini, setiap anggota diharuskan menulis karya, memberi tanggapan atas karya orang lain, dan menyalin karya dari penulis yang sudah terkenal. 

"Komunitasnya ketat, jumlahnya anggotanya sedikit, tapi benar-benar mencetak penulis," katanya. 

Kebiasaan itu membuatnya perspektifnya meluas. "Membaca dan mengomentari tulisan itu gak mudah,” katanya. Aktivitas itu memaksa Yoga melatih kepekaan membaca. Menjadi lebih teliti.

Juga di komunitas yang sama, setiap anggota meminta mengirim tulisannya ke surat kabar. Tujuannya bukan agar wajib dimuat, tapi menjadikan pengalaman mengirim dan mendapatkan tanggapan atas tulisan tersebut.

Tulisan pertama dimuat 

Ia iseng mengirimkan sejumlah karya ke surat kabar tanpa ekspektasi tinggi. Tak ia sangka, dua di antarnya dimuat di Pikiran Rakyat. Peristiwa itu membuatnya semakin semangat menulis. 

Pada 2019, ia terlibat menjadi koordinator acara Bandung Reader Festival—festival literasi yang cukup besar dan berjalan sukses. Lalu pada 2020 pindah ke Jakarta, ke satu penerbit mayor, dan kini menjadi product manager di Rakata—platform menulis Penerbit Mizan. 

Menambah jejaring

Salah satu manfaat dari berkomunitas adalah jejaring. Pekerjaan yang ia dapatkan sekarang berasal dari seorang kenalan yang ia temui di komunitas pembaca dee lestari. 

“Komunitas membuka jalan untuk banyak kesempatan,” katanya. 

Pendengar baik 

Yoga pendengar yang baik. Ia suka mendengarkan cerita orang lain yang mencurahkan keluh kesah padanya. Ia sadar setiap orang punya cerita berbeda. Satu momen yang ia masih ingat adalah saat ia masih bekerja di pabrik garmen, satu kali ia melihat karyawan-karyawan yang memenuhi ruangan luas. 

Ia sadar bahwa masing-masing orang ini punya cerita, punya ciri berbeda. Maka ia ingin menceritakan hal-hal yang tak diceritakan.

**Disarikan dari acara Kamisan "Cerita Meniti Karier Kepenulisan" bersama Yoga Palwaguna, 29 September 2022.