Film merupakan media audio visual,
sedangkan prosa masuk ke dalam ranah teks. Profesi penulis sangat erat
kaitannya dengan perfileman. Hendra Purnama menjelaskan berdasarkan data
statistik yang memuat daftar film terbaik di seluruh dunia, tiga film terbaik
dari lima film teratas sebagian besar diadapatsi dari sebuah novel. Dunia menulis
dengan perfilman sangat erat kaitannya sehingga ketika penulis mempunyai
keinginan tulisannya menjadi sebuah film, peluangnya sangat besar untuk
direlalisasikan.
Data statistik mengenai sepuluh
film Indonesia teratas dari tahun 2011 sampai tahun 2015 didominasi oleh film
yang diadapatasi dari novel. Tahun 2011 empat film masuk sepuluh film teratas ,
tahun 2012 enam film, tahun 2013 lima film, tahun 2014 enam film dan tahun 2015
empat film masuk sepuluh film teratas. Artinya, film yang diadaptasi dari
sebuah novel merajai ranah pefilman karena semua film adaptasi sudah memiliki
penggemar tersendiri.
Banyak penulis baru yang tulisannya ingin difilmkan. Hal ini merupakan salah satu penyakit utama bagi para penulis baru. Ada fase yang tidak boleh dilewati yakni penulis butuh waktu untuk mengasah karyanya menjadi jauh lebih matang dan laku di pasaran. Selain itu, penyakit kedua yang banyak mendera penulis baru yakni kebanyakan penulis tidak mampu mengeksploitasi dirinya sehingga mengadaptasi penulis lain, hal ini akan memungkinkan mematikan potensinya.
Dalam membuat sebuah film dibutuhkan minimal 2,5 milyar rupiah. Dalam hal ini produser harus jeli dalam memprediksi pangsa pasar perfilman saat ini, apakah film yang akan dibuatnya laku atau malah sebaliknya? Salah satu indikator yang dilihat seorang produser terhadap sebuah novel yang dijadikan film diantaranya tergantung dari trend saat ini.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengadaptasi buku ke ranah perfilman atau sebaliknya, diantaranya: penulis yang karyanya diadaptasi atau penulis yang disuruh mengadaptasi. Seorang penulis yang karyanya diadaptasi perlu memperhatikan pesan yang akan disampaikan, artinya sebelum diadaptasikan apakah pesan yang akan disampaikan meluas atau malah sebaliknya. Terkadang jiwa pesannya hilang atau meluas. Novel karya Haruki Murakami yang mengisahkan tentang budaya Jepang tapi ketika difilmkan tema pesan menjadi hilang. Artinya, pesan tidak sampai kepada penonton.
Penulis yang disuruh mengadaptasi, ada dua kategori penting. Pertama, penulis memilih dan mengoreksi mana yang penting dan tidak penting, contohnya film Harry Potter dan Laskar Pelangi. Kedua, cerita dituangkan semuanya menjadi cerita di film, contohnya film Ketika Cinta Bertasbih, Lord of the ring dan Emak Ingin Naik Haji. Ketika ingin mengadaptasi dari teks, baik novel maupun cerpen menuju film ataupun sebaliknya, harus selalu ingat tentang persoalan visual karena masalah teks adalah visual.
Saat ini banyak
film yang diadapatasi dari sebuah novel, tetapi tidak sedikit pula yang merasa
kecewa terhadap novel yang diadaptasikan ke dalam sebuah film. Salah satu yang
menjadi alasannya karena kurang dalam memperhatikan persoalan visual, pembaca
mempunyai bentukan visual sendiri terhadap sebuah novel dan tidak sedikit dari mereka
merasa tidak puas terhadap film yang diadaptasikan.
Maraknya film
maupun novel, tidak terlepas dari plagiat. Tentunya hal ini menjadi hal yang
perlu diperhatikan bagi seorang penulis sehingga mampu membatasi wilayah
karyanya sehingga tidak dicap sebagai plagiat. Hendra Purnama mengemukakan
pendapatnya mengenai plagiat. Menurutnya, ketika kita mengambil karya orang
tetapi tidak ijin maka itu disebut plagiat. Tetap ketika mencantumkan sumber informasi ataupun terinspirasi dari
cerita tertentu itu masih sah-sah saja.
Jangan pernah
membatasi diri dalam menggali potensi yang ada pada diri, seorang penulis bisa
memaksimalkan potensinya di ranah lain yang terpenting dalam membuat suatu
karya, pesan disampaikan dengan banyak cara. Terjebak dalam kata-kata orang
membuat kita membatasi diri, karena setiap orang berbeda opini. Maka
berkaryalah dengan caranya, yang terpenting karya yang kita buat mampu
menginspirasi dan memberikan manfaat bagi orang banyak.
Heni Haryani (Spem Puella)
0 Comments
Post a Comment