Merupakan hal yang lumrah bila seorang penulis ingin karya tulisnya dibukukan, agar tulisannya tidak usang dalam file komputer atau buku catatan. Lalu ketika buku itu telah tercetak dan disebarluaskan maka manfaatnya akan lebih terasa. Namun barang tentu penulis perlu bekerja sama dengan sebuah badan yang bertugas untuk menerbitkan dan mendistribusikannya ke seluruh pelosok negeri. Badan tersebut bernama penerbit.
Banyak penulis yang antusias ingin karyanya diterbitkan, namun tidak sedikit yang harus kecewa karena karyanya ditolak. Bukan karena penerbit kejam, namun lebih didasari pada profesionalisme penerbit itu sendiri. Tak sedikit yang ditolak naskahnya karena penulis melakukan beberapa kesalahan maupun ketidaktahuan kinerja penerbit.
Risma Dewi, editor senior di penerbit Mizan, menerangkan cara jitu agar naskah penulis bisa tembus atau diterima penerbit. Dalam pemaparannya di Kuliah Kepenulisan 4, beliau memberikan beberapa tips. Di antaranya:
1. Buat Sinopsis yang Memikat
Kesalahan penulis awam saat mengirimkan
naskahnya ke penerbit adalah melampirkan sinopsis yang membosankan, terlalu
bertele-tele dan tidak memikat.
Apakah pentingnya sinopsis?
Justru sinopsis adalah gerbang awal diterimanya
naskah. Apakah menarik untuk untuk dipertimbangkan terbit atau tidak. Tugas
editor sudah sedemikian banyak, dari mengerjakan administrasi dan hal lainnya.
Ditambah 10 naskah yang masuk ke meja editor tiap hari, bisa dibayangkan editor
kewalahan bila harus membaca keseluruhan naskah yang tebal.
Sinopsis pun mengefisiensi waktu editor
untuk memilih naskah yang layak terbit atau tidak. Maka perindahlah sinopsis
tersebut. Dengan demikian, peluang naskah diterima penerbit mupai terbuka.
2. Rapikan Isi Naskah
Ini merupakan unsur yang amat penting. Yaitu
membuat pekerjaan editor jadi ringan.
Usahakan saat mengirim naskah, tanda baca,
kata baku dan unsur lainnya tertata rapi. Selain mudah dicerna dan enak dibaca,
hal tersebut membuat editor bisa sedikit menghela napas lega karena
pekerjaannya tidak terbebani oleh mengoreksi tanda baca yang salah, dan beberapa
kesalahan kepenulisan.
Sebagai penulis baru, perlihatkan kerapian
tulisan kita kepada editor agar naskahnya bisa dipertimbangkan. Karena kita
bukan penulis terkenal yang naskahnya selalu ditunggu dan editor pun tak ambil
pusing dengan isinya karena percaya penulis terkenal sudah paham cara mengedit tulisan
sendiri, maka belajar merapikan tulisan sendiri merupakan opsi yang baik bagi
penulis pemula agar dilirik penerbit.
3. Jalin Hubungan yang Baik
Agar energi tidak terbuang sia-sia ketika menjalani
proses naskah masuk ke penerbit, alangkah baiknya bila penulis menjalin relasi
dengan tim redaksi. Karena tim redaksi lebih tahu naskah seperti apa yang
dibutuhkan penerbit.
Jangan lupa kalau penerbit tidak hanya mencari
penulis yang sudah memiliki nama untuk ditagih karyanya, tapi penerbit juga
memerlukan penulis luar yang karyanya bagus dan memiliki tema yang sesuai untuk
diterbitkan. Secara logika, penerbit pasti memiliki data base penulis-penulis
yang karyanya selalu ditunggu. Tapi terkadang penerbit 'lupa' dengan nama itu
saat mereka kelimpungan mencari naskah. Maka tim redaksi akan mencari kenalan
mereka yang memiliki naskah dan siap diterbitkan.
Itulah berkah silaturahim. Tak hanya pahala
diraup, tapi keuntungan lainnya adalah naskah mudah terbit.
Mengenal Alur Terbitnya Buku
Setelah naskah masuk ke penerbit, tentu
perlu alur yang cukup panjang untuk diterbitkan karena tidak ada yang instan di
dunia ini.
Risma Dewi memberikan enam alur yang harus dilewati
oleh naskah yang diterima penerbit.
1. Naskah dikirimkan ke penerbit
2. Naskah diterima penerbit, lalu masuk ke
manajer editor untuk dinilai
3. Naskah yang diterima masuk ke meja
redaksi
4. Naskah masuk PPIC (Production Planning
Inventory Control) *Bisa dilihat di google cara kerjanya
5. Naskah masuk ke percetakan
6. Naskah masuk distribusi
Semoga kita diberi kelancaran untuk menerbitkan
naskah kita dan naskah tersebut bermanfaat untuk masyarakat.
Allahumma aamiin.
Abdullah al Kubuwy
0 Comments
Post a Comment