Roosie Setiawan, seorang praktisi pendidikan, mengajukan satu ide sederhana: membacakan nyaring. Ia pertama kali terpikat pada aktivitas membacakan nyaring setelah membaca buku “The Read Aloud Handbook” karya Jim Trelease, seorang pegiat literasi asal Amerika Serikat. “Saya jatuh cinta pada read aloud setelah membaca buku tersebut,” ujarnya.
Atas kecintaannya tersebut, pada 2007, Roosie membangun komunitas bernama “Reading Bugs”, komunitas yang bertujuan menyebarkan virus membaca di Indonesia. Hingga kini, mereka telah menggelar ratusan workshop. Dari sejumlah peserta dan rekan-rekannya, Roosie mendapat dorongan untuk menulis. Lalu lahirlah buku “Membacakan Nyaring”.
Buku tersebut dibedah pada acara Kamisan FLP Kota Bandung pada (18/08/2022). Acara yang berlangsung secara virtual tersebut menghadirkan Peppy Febriandini yang merupakan anggota Komunitas Read Aloud Bandung.
Lantas, bagaimanakah membacakan nyaring itu?
Peppy menyebut membacakan nyaring adalah kegiatan sederhana, yang hanya memerlukan buku/bahan bacaan lalu membacakannya pada anak. “Namun tentu tidak semua orang bisa langsung melakukannya,” katanya.
“Anak-anak adalah makhluk yang tricky. Perlu teknik untuk mengajak mereka membaca,” ujarnya. Buku “Membacakan Nyaring” adalah buku praktis. “Di sini kita diajak untuk mempelajari tahap yang perlu kita lakukan dalam membacakan nyaring. Tak cuma itu, buku ini juga berisi tahap perkembangan usia anak dari 0-2 tahun beserta tantangannya,” tambahnya.
Apa yang membedakan mendongeng dengan membacakan nyaring?
“Berbeda dengan mendongeng, untuk membacakan nyaring kita harus membawa buku, dan buku itu diperlihatkan pada anak,” kata Peppy. Saat memulai, orangtua perlu membuat anak-anak tertarik pada apa yang hendak mereka bacakan. "Agar anak mendapatkan pengalaman pertama yang menyenangkan dalam membaca."
Saat membaca, interaksi antara pembaca dan anak sangatlah penting. Anak dibolehkan mengajukan pertanyaan, dan pembaca perlu menjawabnya. “Jika ada kosakata baru, pembaca harus menjelaskan artinya pada anak,” ujar Peppy.
Karena itulah, anak yang sering dibacakan nyaring akan punya kekayaan kosakata yang lebih banyak daripada anak lain. Dalam pengalamannya sendiri, Peppy pernah kenal seorang anak didiknya yang tahu kata “asteroid”, padahal pelajaran mengenai astronomi belum dikenalkan pada anak tersebut. “Belakangan saya ketahui, anak didik tersebut suka dibacakan nyaring oleh orangtuanya,” ujarnya.
Acara yang berlangsung pada Kamis malam itu berlangsung seru. Peppy mempraktikkan langsung membacakan nyaring lalu meminta peserta untuk turut serta.
Dalam kata penutupnya, Peppy berpesan, “Akan sangat tidak adil bila kita mengharapan anak cinta pada buku, akan tetapi orangtua tidak menjadi teladan bagi mereka.” ***
Kontributor: Barli
0 Comments
Post a Comment