Foto bersama setelah acara. Dok: FLP Bandung

flpbandungok.blogspot.com - Pernahkah kamu membaca sebuah tulisan dan ceritanya terngiang terus bahkan setelah kamu membacanya? "Sihir" apa ya yang dipakai penulis sampai bisa membuat cerita yang menghanyutkan?

Hal ini bisa dijawab, salah satunya, lewat teknik yang sering digunakan para penulis: show not tell. Artinya, tunjukkan jangan katakan.

Teknik ini menjadi bahasan dalam Mentoring Kepenulisan #2 FLP Bandung yang berlangsung pada Minggu (28/08). Acara yang berlangsung di perpustakaan Salman Reading Corner ITB tersebut menghadirkan Agi Eka sebagai narasumber. 

Agi, yang merupakan seorang penulis dan editor lepas, memberikan sebuah contoh. 

Kalimat "Aku cinta kamu", misalnya, adalah kalimat yang berbentuk tell (mengatakan). Kalimat ini klise. "Dengan show, penulis akan menggambarkan 'seberapa hebat' cinta yang dirasakan karakternya," ujar Agi. 

Gambaran ini bisa ditunjukkan lewat perilaku. Seorang karakter yang sedang kasmaran, misalnya, menjadi sulit tidur setiap malam karena dihantui bayangan kekasihnya, atau ia jadi sering menuliskan perasaannya di buku diari. 

Teknik yang umumnya digunakan dalam hal ini adalah teknik lima indra. Dalam menggambarkan adegan, penulis menuliskan sensasi indrawi yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan pengecap. Menurut Agi, teknik ini membantu para pembaca untuk masuk ke dalam cerita, membayangkan seolah-olah cerita itu mereka alami sendiri. 

"Penulis biasanya memakai, paling sedikit, dua atau tiga indra dalam satu adegan," katanya. Sebagai contoh, dalam satu bagian novel "Laut Bercerita", Agi membaca adegan seorang karakter yang sedang membuat mi instan. "Adegannya spesifik, sampe saya pengen langsung ke dapur buat bikin mi," ujarnya sambil terkekeh. 

Penyerahan hadiah kepada peraih tulisan terbaik.
dok: FLP Bandung
Beberapa penulis melakukan riset serius tentang sensasi indrawi ini. Dewi Lestari, misalnya, pergi ke TPU Bantar Gebang untuk mencium langsung bau sampah yang pekat. Riset ini Dee lakukan saat menulis "Aroma Karsa", sebuah novel yang karakter utama-nya memiliki indra penciuman yang kuat. Sang karakter bisa menebak barang apa saja yang ada dalam sebuah ruangan hanya lewat aromanya. 

Selain memberikan materi, Agi juga memberi para peserta tantangan, yakni menuliskan adegan marah tapi peserta dilarang menggunakan kata marah. Para peserta menyambutnya dengan antusias. Terlebih, Agi memberi hadiah buku kumpulan cerpen "Senja untuk Pacarku" karya Seno Gumira Ajidarma untuk tulisan terbaik. 

Setelah diberi waktu lima belas menit dan diminta membaca tulisan masing-masing, Sukmawati (anggota FLP Bandung) terpilih menjadi pemenang. 

Dalam kata penutupnya, Agi berpesan untuk lebih sering berlatih mandiri. Caranya dengan mengulang tantangan yang sudah ia berikan. "Temen-temen bisa nulis adegan sedih tanpa ada kata sedih, nulis adegan sakit hati tanpa ada sakit hati, dst."

Kepala Divisi Karya FLP Jabar tersebut juga mengingatkan bahwa menulis memiliki dua proses, yakni "Tulis yang kamu pikirkan", kemudian "pikirkan apa yang kamu tuliskan".

Dengan begitu, diharapkan para peserta dapat menuangkan daya imajinasinya secara penuh dalam proses menulis, baru membaca ulang tulisannya dalam rangka memperbaiki di proses editing.

Mentoring Kepenulisan adalah program rutin yang berlangsung setiap dua pekan sekali.***

Kontributor: Barli